C.I.N.T.A
Beberapa tahun terakhir aku memang menyingkirkan perasaan itu. Lebih tepatnya, kuusir. Tentu hal ini kulakukan dengan sejumlah alasan. Tapi kali ini, melakukan hal sedemikian rupa justru berdampak buruk bagi diri sendiri. Itu artinya, aku munafik.
Beberapa tahun terakhir aku memang menyingkirkan perasaan itu. Lebih tepatnya, kuusir. Tentu hal ini kulakukan dengan sejumlah alasan. Tapi kali ini, melakukan hal sedemikian rupa justru berdampak buruk bagi diri sendiri. Itu artinya, aku munafik.
Dunia anak muda.
Aku kehilangan secuil kisah yang
barangkali menarik untuk kuceritakan pada anak cucuku nanti. Aku membiarkan
hati ini tetap sehat tanpa kurasai bagaimana kesakitan karna cinta. Kubiarkan
diriku larut dalam persoalan-persoalan lain selain makhluk bernama cinta. Ah,
dulu rupanya aku takut. Sulit dan berat rasanya menyerahkan hatiku untuk
menyukai seorang lelaki begitu saja.
Aku berkawan dengan banyak teman.
Tentu, laki-laki dan perempuan. Kami belajar bersama, bersepeda bersama,
bersenda gurau, dan masih banyak keseruan lain yang kami lakukan. Beberapa kali
hatiku nyaris tersedot dekat dengan teman lelaki. Tapi lagi-lagi aku meyakini
bahwa mereka hanya seru untuk dijadikan kawan saja, tidak lebih. Aku takut pada
keinginan untuk memiliki, sebab tak kuyakini pula diriku pandai menjaga hati.
Di sekolah, tidak satu-dua lelaki
yang mendekatiku. Aku merasakan mereka memberi perhatian lebih. Bahkan beberapa
ada yang secara langsung menyatakan perasaannya padaku. Tapi dari sekian lelaki
itu, tak satu pun dari mereka yang mampu membuat jantung ini berdegup tak
beraturan, tak satu pun dari mereka yang mampu membuatku gemetar. Aku tetap
luwes di hadapan mereka. Tak ada grogi sedikit pun.
Ah bagaimana ini? Normalkah aku?
Entahlah, aku seperti gentar
meloncati batas yang jelas dalam hatiku. Bukan perkara suka atau tidak suka,
atau takut dan tidak takut. Aku hanya merasa belum siap untuk jatuh cinta. Aku
takut menyakiti pria manapun yang menarik hatiku atau aku sendiri yang terlalu
takut untuk disakiti. Maka sebagai pencegahannya, aku tak mau membiarkan diri
ini larut dalam perasaan itu.
Tapi tiba-tiba...
Datanglah hari ketika keberanian
itu datang. Hari di mana akhirnya ada seorang lelaki yang membuatku gugup di
hadapannya. Sulit sekali mengatur napas ketika ia berada di sisi.
Dan, hari itu, tibalah. Hari yang
cukup mendebarkan bagiku. Karna untuk kali pertama kubuka pintu hati yang sejak
beberapa tahun terakhir kukunci ia rapat-rapat.
Aku tak lagi takut mencintai...
*postingan pertamaku di tahun 2016...
Selamat membaca kembali.....:')