Hei kau, pria berpayung merah!
Sebenarnya sejak tadi aku sudah
memperhatikanmu, pandanganku tak teralihkan oleh apapun. Kuperhatikan sejak
tadi kau terus berdiri di situ.
Hei, lihatlah bangku panjang di
halte ini bahkan masih kosong, menyisakan tempat untuk kau duduki. Tapi kau
lebih memilih menikmati gerimis. Pandanganmu kosong, menatap jauh ke depan.
Kulihat sesekali kau melemparkan senyuman pada orang-orang yang berlalu lalang
di tengah gerimis yang mengguyur kota.
Terlihat kau pribadi yang dingin,
tapi menghangatkan. Sekilas kau biasa saja, tapi kenapa bagiku kau begitu
istimewa.
ah, entahlah…..
Ahya, dari tadi aku sibuk
menduga, menilai kau dengan pandanganku sendiri, berkata sepertinya..
sepertinya.. dan sepertinya.
Hello, pria berpayung merah,
entah siapa namamu! Menolehlah ke belakang! Ada aku di sini yang terus
memperhatikanmu.
Tak bisakah aku mengenal sosokmu
lebih dalam ? atau setidaknya aku tahu namamu, pria berpayung merah. Sebelum
bus berikutnya datang untuk mengantarku pulang. Agar tak ada rasa penasaran
ketika sampai di rumah nanti, ketika aku mencoba untuk merebahkan tubuh dan
memejamkan mata.
Ah, benar apa yang kukatakan. Bus
berikutnya sebentar lagi akan menjemputku, sebagian badannya sudah terlihat
dari kejauhan. Ayolah, tinggal beberapa menit lagi, hanya untuk tahu namamu
saja. Setidaknya namamu bisa kurekam dalam memori dan akan kutuliskan pertemuan
singkat ini. Oh maaf, kita tidak bertemu. Hanya aku yang melihatmu, kau tidak.
Sudah, terlambat. Aku harus segera
pulang. Jika terus menunggumu menoleh atau berharap kau menyapaku, hal itu
membuatku terjebak bersama angan-angan yang hanya memberi harapan tanpa ada
kepastian.
Selamat tinggal, pria berpayung
merah. Esok atau lusa semoga aku dapat melihatmu lagi.
*jangan
dipercaya!
Cerita
ini hanya fiktif belaka, cuma khayalan yang nulis aja.
Terima kasih sudah meluangkan
waktu untuk membaca tulisan ini :*
No comments:
Post a Comment