Pages

Tuesday, August 30, 2016

Ramainya Hashtag #cinta #jodoh #nikah

Hallo... Assalamu'alaikum, Dear.

Cinta, apapun, adalah sesuatu yang tak pernah lepas dari jiwa. Jika dibanding kata lainnya, kata inilah yang paling menarik untuk diperbincangkan. Well, di usia saya dan teman-teman yang sudah menduduki angka 20-an, obrolan perihal cinta-jodoh-nikah kerap kali menjadi buah bibir yang selalu mampu mencuri perhatian kami. Semacam ada magnet gitu kalau udah pake hashtag #cinta, #jodoh, atau #nikah hihi... belum lagi obrolan di setiap grup whatsapp yang seluruh anggotanya wanita, maka hampir semua anggota hadir dan percakapan akan berlangsung dalam durasi yang cukup untuk nonton 2 episode film Korea hehehe... Beda cerita deh kalau yang jadi topik itu urusan-urusan lain, seperti tugas, misalnya.

Menjajaki usia kepala dua, memang kerap menjadi fase-fase mencemaskan bagi wanita dalam menanti prince charming-nya. Sebagai wanita, apa sih yang bisa kita lakukan jika sedang diselimuti rasa kagum yang meluap pada lawan jenis, kasmaran misalnya? Honestly, saya sendiri bukan tipikal orang yang bisa dengan mudah memperlihatkan ketertarikan pada lawan jenis, kurang ekspresif, begitu katanya. Tapi saya mensyukuri pribadi ini, karna dengan begitu, upaya yang harus saya lakukan adalah dengan berdo’a. Eits, jangan salah! Berdo’a juga bagian dari perjuangan kita lho. Pun, jangan terlalu banyak berharap pada manusia. Kita hanya perlu mengingatkan diri sendiri, agar tak terjebak oleh kebodohan hati. Karna sesungguhnya, cinta adalah kata kerja. Ada proses yang mendasarinya di sana. Ada sesuatu yang bekerja menghadirkan cinta. Maka, kenali dulu cinta itu dengan baik. Karna cinta harus berangkat dari kebaikan. Kelak, dari sanalah akan lahir kebaikan-kebaikan lainnya.

Saya sendiri memandang perkara jodoh ini sama seperti rezeki dan mati. Bahwa segala sesuatunya sudah paten benar sesuai dengan ketentuan Tuhan. Jadi, meski naluri harap-harap cemas itu tetap ada, saya tetap berusaha meyakinkan diri bahwa kelak, akan ada seseorang yang menggenggam jemari kita agar selaras dengan langkahnya. Entah mana yang lebih dulu menjemput, pria idaman berparas imut atau malaikat maut. hihi.. So, calm down, guys! Cukup lakukan hal-hal baik dan positif selama menunggu, ya.. Agar kita disandingkan dengan orang yang baik mutunya. Ohya, satu lagi, ‘pacari’ Tuhan!

Terkadang, orang-orang yang sikapnya masih kekanak-kanakan, belum cakap mengurus diri, pikirannya pun masih cetek sekali untuk memecahkan masalah, ternyata sudah lebih dulu didatangi rombongan keluarga (dikhitbah). Tapi kita, yang jauh lebih dewasa sikap dan tutur katanya, lebih mahir mengontrol emosi diri, lebih piawai mengelola banyak hal (mungkin), justeru belum diberi tanda-tanda akan dipinang. Persoalan ini jelas sama seperti maut, bukan? Kita yang masih muda, segar bugar, sehat wal afiat, fit benar kondisi kita hari ini, esok barangkali jatah hidup sudah berakhir. Tapi aki-nini kita yang sudah renta sekali, barangkali masih akan tinggal sampai 3 atau 5 tahun lagi. Jadi begitulah Allah mengatur segala sesuatu, bahwa semuanya sudah tertata begitu apik hingga tak ada satupun yang mampu mengubah ketetapan-Nya. Maka percayalah, Tuhan bukan PHP (Pemberi Harapan Palsu). Dan, bersabarlah, karna akan ada hadiah yang Allah janjikan bagi siapa saja yang bersabar.

Persahabatan itu penting, lho.

Hallo.. Assalamu'alaikum, Dear.

Pada dasarnya, tak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Hidup sendiri adalah hal yang mustahil. Karna setiap manusia membutuhkan interaksi dengan makhluk lainnya, mereka membutuhkan pembanding, agar manusia bisa menilai. Setiap orang tentunya, diciptakan dengan isi kepala yang berbeda. Maka, kita akan menemukan perbedaan-perbedaan itu saat kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Keadaaan manusia bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi hatinya, fluktuatif. Ketika kita sedang dalam situasi galau, kacau, maka kita membutuhkan orang yang bersedia mendengarkan keluh-kesah yang dirasa, menilai kenyataan yang ada, atau memberi jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi.

Hidup selalu meniscayakan rintangan. Maka, kita butuh orang-orang yang akan tetap mencintai kita saat kita terjatuh dan mendukung rencana-rencana absurd kita. Orang yang berani mengkritik kelemahan dari rencana dan cita terbesar kita. Orang-orang yang dengannya, kita bisa melepaskan semua beban dan tertawa dengan sederhana. Meski harus serius, hidup tak selamanya soal kerja keras dan mengejar mimpi. Ada saatnya kita perlu bersantai sejenak. Maka, persahabatan adalah sesuatu yang penting. Persahabatan tidak mengenal kata atasan dan bawahan, atau senior dan junior, karna satu sama lain saling membutuhkan, atau mungkin, menjadi konsultan atau penasehat bagi yang lainnya.

Jadi, kamu masih ngga percaya dengan adanya persahabatan?

Sebenarnya pertanyaan ini justru diajukan untuk diri saya sendiri. Karna dulu sekali, ah itu dulu, ya. Saya tidak percaya dengan istilah entah apa itu, sahabat sejati, bestfriend forever, sahabat fillah. Jadi sekarang kalau ada istilah njilat ludah sendiri itulah yang terjadi. Hehehe.. Tapi ngga papa, karna pada akhirnya saya sendiri percaya bahwa sahabat sejati itu memang ada. Karna seorang sahabat bukan hanya mereka yang ada saat suka maupun duka, saat tertawa atau menangis, dalam keadaan susah atau lapang, tapi sahabat adalah mereka yang setiap kali bersamanya, meningkatlah keinginan untuk ‘memacari’ Tuhan, mereka yang membuka mata kita untuk lebih jauh menatap kehidupan yang abadi di masa depan, bersamanya, kita merasa dekat dengan Tuhan. 

Nah, berikut ini beberapa penampakan sahabat-sahabat saya. Mudah-mudahan bisa saling mengingatkan dalam kebaikan.

Keluarga Besar Alumni Ponpes Daarul Rahman angkatan XXXIV

Sahabat Orok [Masih kurang 2 personil]

Tarjamah B

Yuk, tinggalkan jejak!

Terima kasih teman-teman yang sudah berkunjung. Silakan berkomentar di sini... ^_^

Sincerely, Ratih Dian.