Suatu hari
sepulang dari kampus, saya singgah di sebuah masjid yang cukup besar. Karna
hari itu memang jam kuliah baru dimulai sore hari, sampailah saya pada waktu
maghrib dan masih dalam perjalanan. Kebetulan juga arah menuju rumah yang selalu
macet saat maghrib tiba. Akhirnya saya memutuskan untuk sholat maghrib di jalan
saja *eh di masjid maksudnya hehe… sebetulnya masjid ini sudah tak asing bagi
saya karna saya sering melewati jalan itu. Akhirnya, masuklah saya pada
bangunan sebuah masjid yang terlihat cukup besar. Karna lokasinya yang agak
menjorok ke dalam, akhirnya saya terus menelusuri jalannya hingga menemukan
tempat parkir. setelah memarkir kendaraan, saya mulai memasuki pelataran masjid
tersebut. Awalnya agak bingung menemukan tempat berwudhu bagi akhwat.
Beruntunglah, ada beberapa wanita yang sedang duduk di sana. Akhirnya saya
bertanya soal tempat wudhu bagi akhwat. Yap, tepat di samping tempat wudhu bagi
ikhwan. Setelah berterima kasih saya segera menuju tempat wudhu yang ditunjukkan
tadi.
Sesampainya di
sana, Oh God.. tempat wudhu macam apa ini ? saya pikir, tempat ini lebih
cocok disebut ‘gudang’. Ohya, mengapa begitu ? karna disana terdapat banyak
barang-barang yang berserakan. Ah, saya pikir ini hanya properti masjid yang
belum terpasang. Saya agak ragu karna tempatnya yang juga gelap, tepatnya tak
ada lampu yang menerangi. Saya pun keluar mencari saklar untuk menyalakan
lampu. Tapi, lagi-lagi tak ada lampu. Hem, saya mulai putus asa. Karna merasa
takut, akhirnya saya memilih untuk berwudhu di tempat ikhwan saja. Mungkin
lebih baik dari pada saya harus wudhu tergesa-gesa karna ketakutan. Baiklah,
setelah persoalan wudhu ini selesai saya bergegas masuk ke dalam masjid
tersebut. Sedikit aneh ketika masuk ke dalam bangunan masjid itu, karna yang
saya dapati tak seperti masjid-masjid pada umumnya, lampu masjid yang remang
membuatnya terkesan horor. Langit-langit yang entah sudah berapa dekade tak
dibersihkan terlihat seperti bangunan tua yang tak berpenghuni. Tanpa pikir
panjang, saya langsung mencari mukena yang disediakan di sana. Sambil berjalan
saya melihat ada dua lemari besar di dalam masjid itu. Dan saya kira semua
terisi dengan perlengkapan sholat bagi akhwat. Tapi ternyata dugaan saya salah,
satu dari keduanya justru berisi dengan perlengkapan mayit. Entah mimpi buruk
apa yang sedang saya alami. Jujur saya memang orang yang agak parno dengan hal-hal yang berbau mistis
seperti itu. Beruntunglah, seorang nenek yang juga sholat di sana menunjukkan
tempat mukena kepada saya. Saya langsung mengambil mukena dan bergegas sholat
maghrib. Setelah sholat, tak perlu berlama-lama saya ingin langsung segera
enyah dari masjid itu. Cukup hanya sekali saja saya singgah di sana. tak ingin
lagi rasanya.
Di luar, saya
melihat tangga masjid yang kotor karna debu yang sangat tebal. Bangunannya pun
terlihat masih dalam tahap renovasi atau belum jadi hehehe… Penjaga masjd atau
parkir yang tidak saya temukan juga semakin meyakinkan saya bahwa masjid ini
memang sedikit yang mengurus atau malah tidak ada, entahlah… tak lama pikir,
saya langsung keluar dari pelataran masjid dan menuju parkiran. Dalam
perjalanan, saya masih saja teringat beberapa hal yang saya alami tadi.
Sesampainya di rumah, saya langsung menceritakan hal tersebut kepada kedua
orang tua saya. dan ternyata, bukan hanya saya yang merasa heran dengan kondisi
masjid itu. Tapi ibu saya juga merasakannya saat ada undangan majlis ta’lim
yang kebetulan tempatnya di masjid yang sama. Ah, semoga tak ada lagi
masjid-masjid bernuansa horor seperti itu. Sampai saya merasa trauma untuk
singgah di sana lagi.
No comments:
Post a Comment