Suatu
kali ada yang mencibir, “udah besar kok minum obat masih ditumbuk, puyer.”
Loh
biarin! Hikmahnya apa?
Dengan
begitu tentu saya tak boleh terlalu sering jatuh sakit. Jika pun sakitdan
terpaksa harus minum obat yang ditumbuk, itu artinya lidah ini juga berhak
merasakan pahitnya rasa obat. Karna saat sehat, tak sedikit pun saya biarkan
lidah ini kepahitan.
Pun,
sama dengan hidup. sesekali saya persilahkan kepedihan menepi, tapi seperlunya.
Semua akan baik-baik saja saat kita tahu kemana harus melangkah.
Dan
saat sakit, saya biarkan tubuh ini menerima hak-haknya untuk sementara. Saya
biarkan ia beristirahat sejenak agar kondisi kembali pulih. Begitu pula dengan
kepedihan, mungkin yang saya butuhkan hanyalah beristirahat sejenak untuk
mengatur kembali strategi.
Seperti
busur panah. Kita harus menariknya ke belakang terlebih dahulu agar kemudian ia
bisa melesat menghujam sasaran.
Ingat!
Kita tidak perlu buru-buru melangkah maju, kita tak perlu buru-buru menyerah,
tapi berhentilah sejenak. Menarik mundur diri demi merancang strategi agar kemudian
melesat menghujam tujuan.
No comments:
Post a Comment