Pages

Monday, May 16, 2016

Kepedihan dengan obat puyer itu sama



Suatu kali ada yang mencibir, “udah besar kok minum obat masih ditumbuk, puyer.”

Loh biarin! Hikmahnya apa?

Dengan begitu tentu saya tak boleh terlalu sering jatuh sakit. Jika pun sakitdan terpaksa harus minum obat yang ditumbuk, itu artinya lidah ini juga berhak merasakan pahitnya rasa obat. Karna saat sehat, tak sedikit pun saya biarkan lidah ini kepahitan.

Pun, sama dengan hidup. sesekali saya persilahkan kepedihan menepi, tapi seperlunya. Semua akan baik-baik saja saat kita tahu kemana harus melangkah.

Dan saat sakit, saya biarkan tubuh ini menerima hak-haknya untuk sementara. Saya biarkan ia beristirahat sejenak agar kondisi kembali pulih. Begitu pula dengan kepedihan, mungkin yang saya butuhkan hanyalah beristirahat sejenak untuk mengatur kembali strategi.

Seperti busur panah. Kita harus menariknya ke belakang terlebih dahulu agar kemudian ia bisa melesat menghujam sasaran.

Ingat! Kita tidak perlu buru-buru melangkah maju, kita tak perlu buru-buru menyerah, tapi berhentilah sejenak. Menarik mundur diri demi merancang strategi agar kemudian melesat menghujam tujuan.

No comments:

Yuk, tinggalkan jejak!

Terima kasih teman-teman yang sudah berkunjung. Silakan berkomentar di sini... ^_^

Sincerely, Ratih Dian.