Pages

Sunday, July 17, 2016

Virus yang menular


 Hallo.. Assalamu’alaikum, Dear...

Suatu kali saat mama ingin pergi keluar –menginap- saya yang membenahi isi tasnya. Beberapa kali mama minta saya untuk mondar-mandir dari atas ke bawah untuk mengambilkannya keperluan yang akan dibawa. Saat itulah saya mulai iseng menyelipkan buku agar di jalan mama tak lupa membaca. Sejauh yang saya tahu, mama memang senang membaca, tapi agak malas kalau harus membawa buku kemana-mana. Mama tersenyum saat memeriksa isi tasnya sebelum berangkat. Tentu waktu itu saya tersenyum jail, berharap mama tak dongkol dengan anak nakalnya ini.

Beberapa waktu kemudian, setiap kali ingin pergi, mama terbiasa sekali membawa buku kemana-mana. Karna itu pula, saya kerap bertanya soal buku mana yang belum dibaca atau buku seperti apa yang ingin dilahap. Tentu dengan harapan saya bisa membelikannya buku-buku baru yang ingin mama baca. Bahkan dalam suatu perjalanan, tak jarang mama membawa pulang beberapa buku ke rumah. Biasanya hal itu yang saya lakukan. Dan saya senang bisa menularkan virus itu pada orang yang saya cintai.

Kemudian, teman saya adalah korban berikutnya yang terjangkit virus membaca dan doyan jajan buku. Entah bagaimana awalnya, dulu saya kerap memintanya untuk menemani saya hunting buku. Dari situlah, saya mulai mempromosikan master piece milik penulis-penulis favorit saya hehe... Alhasil, teman saya pun penasaran dan meminjam buku karya penulis-penulis buku best seller yang menjadi koleksi pribadi. Selesai membaca buku itu, ia bilang, “Dulu sama sekali ngga doyan baca loh, dan ternyata nagih ya. Saya seperti menemukan dunia baru.” 

Tentu waktu itu saya tersenyum senang. Perkenalan saya dengan teman yang satu ini ternyata menularkan virus membaca. Semoga minat baca orang-orang di sekitar kita semakin tinggi. Setelah membaca, jangan lupa luangkan waktu untuk menulis.

Ada kutipan menarik yang saya ambil dari sebuah artikel dalam  majalah Tarbawi edisi 125, tertulis di sana bahwa seorang pemikir muslim asal Aljazair menemukan adanya korelasi positif antara pengetahuan dan keindahan. Menjadi indah adalah efek pengetahuan. Pengetahuan membuka ruang kemungkinan lebih luas dan menambah kemahiran sehingga membuat manusia lebih berdaya. Keberdayaan meningkatkan harapan dan kepercayaan yang akhirnya mewariskan kegembiraan jiwa. Inilah yang membuat senyum kita menjadi lebih renyah. Senyum renyah itu memancar dari kepercayaan diri yang beralasan dan harapan yang permanen. Sorot mata dan garis-garis wajah kita  menjadi lebih indah karena pengetahuan dan membaca.

Jadi, teman-teman yang budiman, masih malas membaca???

No comments:

Yuk, tinggalkan jejak!

Terima kasih teman-teman yang sudah berkunjung. Silakan berkomentar di sini... ^_^

Sincerely, Ratih Dian.