Pages

Sunday, August 2, 2015

Surat untuk pria berpayung merah

Hai, pria berpayung merah.

Bagaimana kabarmu ?

Sudah lama aku tak melihat sosokmu, tapi bayangmu masih menari di pelupuk, menyisakan ruang di pikiran. Sebenarnya aku selalu berharap bisa melihatmu lagi. Tapi nampaknya tuhan masih belum mengizinkan.
Aku masih ingat pertemuan pertama kita, saat aku memandangmu dari belakang, meskipun jarak kita tak terlalu jauh, tapi kau tetap tak bergeming dan menikmati pandanganmu sendiri.

Kau tahu apa yang kulakukan sesampainya di rumah sore itu ??? ohya, apa kau ingat pertama kali kita bertemu ? sore itu aku sedang menunggu bus di halte dan kau sedang asyik menikmati gerimis. Hem, baiklah. Semoga kau masih ingat momen itu.

ah, kupikir untuk tahu namaku saja kau tidak begitu tertarik. Jadi untuk apa pula kau tahu banyak tentangku. Tapi tak apalah, aku hanya ingin melegakan, setidaknya aku sudah mengungkapkan meski kau tak memperdulikan.

Sesampainya di rumah sore itu, entah mengapa dorongan untuk menulis begitu menggebu-gebu. Ya, apa lagi kalau bukan menulis tentangmu. Tak peduli meski kau tak membacanya. Menulis tentangmu bisa membuatku lupa waktu, aku sanggup melewati batasan lazimnya, bahkan aku terlalu larut menenggelamkan diri untuk menuliskanmu dalam catatan harianku.

Oh, lihatlah betapa ‘sok tahu’ nya aku ini ?

Dalam pertemuan pertama aku sudah bisa menyimpulkan banyak hal, menduga-duga pribadimu, sedikit menghayal jika suatu saat kita bertemu lagi dan kau menyapaku. Oh My God.. lupakan soal yang satu ini! Memikirkan hal itu bisa membuat jantung berdetak lebih cepat, pipi memerah seperti tomat, dan bibir tertutup rapat.

Lupakan! Lupakan! Lupakan!

Tapi aku tak bisa!

Semakin berusaha melenyapkanmu dari pikiran, justru kau semakin mendekat (oh maaf, hanya bayanganmu yang ku maksud).

untukmu, pria berpayung merah.


Esok atau lusa semoga tuhan mengizinkanku melihatmu.


(Sebelumnya, Pria berpayung merah klik di sini)

No comments:

Yuk, tinggalkan jejak!

Terima kasih teman-teman yang sudah berkunjung. Silakan berkomentar di sini... ^_^

Sincerely, Ratih Dian.